Proses masuknya agama dan kebudayaan Islam di Nusantara pada umumnya berjalan dengan damai tidak ada pertentangan. Oleh karena itu, Islam mendapat sambutan yang baik dari masyarakat, karena beberapa faktor:
- Syarat memeluk Islam sangat mudah, cukup dengan mengucapkan kalimat Syahadat
- Tata cara peribadatan Islam sederhana, tidak perlu persiapan rumit
- Islam tidak mengenal pelapisan sosial seperti kasta. Tidak heran, orang Nusantara apalagi yang berasal dari golongan bawah secara ekonomi dan sosial mudah untuk menerima agama ini.
Bukti penyebaran islam berlangsung
damai itu dapat terlihat pada cara-cara penyebarannya, yaitu melalui saluran
perdagangan, perkawinan, Pendidikan, ajaran tasawuf, kesenian, dan saluran
dakwah.
Pesantren-pesantren yang berdiri saat itu antara lain:
- Pesantren Ampel Denta di Surabaya yang di dirikan oleh Sunan Ampel
- Pesantren Sunan Giri di Gresik yang didirikan oleh Sunan Giri. Pesantren ini dikenal hingga Maluku. Banyak santri dari wilayah Hitu Maluku yang belajar atau berguru ke Sunan Giri.
Selain menjadi pendidik di pesantren, beberapa ulama atau Kiai diminta menjadi penasehat agama atau guru bagi para bangsawan keraton. Salah satu contohnya ialah Kiai Ageng Selo menjadi penasehat dan Guru Sutawijaya (Pendiri Kesultanan Mataram), atau syekh Yusuf Al-Makassari menjadi penasehat Sultan Ageng Tirtayasa Banten.
4. SALURAN AJARAN TASAWUF
Tasawuf adalah ajaran ketuhanan yang telah bercampur dengan mistik atau hal-hal yang bersifat magis. Ahli-ahli tasawuf biasanya memiliki kekuatan magis dan keahlian dalam bidang pengobatan. Ajaran tasawuf banyak dijumpai didalam cerita-cerita babad dan hikayat dari Masyarakat setempat. Ajaran ini mudah berkembang terutama di pulau Jawa, karena ajaran Islam melalui tasawuf disesuaikan dengan pola piker Masyarakat yang masih berorientasi agama sebelumnya. Melalui tasawuf, bentuk islam yang diperkenalkan menunjukkan kesamaan dengan alam pikiran orang-orang Jawa yang memeluk Hindu Buddha. Tokoh-tokoh tasawuf yang terkenal diantaranya Hamzah Fansuri, Syamsufin as-Sumantrani, Nurrudin ar-Raniri, Sunan Bonang, Syekh Siti Jenar, dan Sunan Panggung.
5. SALURAN KESENIAN
Agama islam disebarkan melalui kesenian seperti seni bangunan, seni pahat, tari,music maupun sastra. Saluran kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan WAYANG (oleh Sunan Kalijaga), gamelan (Sunan Bonang), serta gending (lagu-lagu) yang berisi syair-syair nasihat dan dasar-dasar ajaran Islam. Sunan Kalijaga merupakan salah satu wali yang aktif menyebarkan Islam dengan menggunakan sarana wayang. Cerita wayang diambil dari kisah Mahabarata dan Ramayana, tetapi oleh Sunan Kalijaga diseliptakan tokoh-tokoh dari pahlawan Islam. Nama tertentu disebutnya sebagai simbol Islam, misalnya panah kalimasada, sebuah senjata paling ampuh, dihubungkan dengan kalimat syahadat.
Sementara untuk musik banyak
dilakukan oleh Sunan Bonang. Karya Sunan Bonang yang paling populer adalah
Tombo Ati, yang hingga hari ini masih dinyanyikan banyak orang.
Kesenian
yang telah berkembang di masa Hindu Buddha tidak langsung di musnahkan atau di
hilangkan namun tetap di perkaya dengan seni Islam, proses ini disebut dengan
akulturasi. Tidak hanya melalui karya seni agama islam berkembang pesat,
melalui seni sastra dan seni bangunan juga berkembang baik di Indonesia.
Diantaranya ialah adanya buku-buku mengenai tasawuf, hikayat, serta babad yang
disadur dalam Bahasa melayu.
Dalam beberapa babad diceritakan adanya proses ini, antara lain :
- Maulana Ishak menikahi putri Blambangan dan melahirkan Sunan Giri
- Babad Cirebon diceritakan perkawinan antara Putri Kawunganten dengan Sunan Gunung Jati
- Babad Tuban menceritakan perkawinan antara Raden Ayu Teja, Putri Adipati Tuban dengan Syekh Ngabdurahman
6. SALURAN DAKWAH
Penyebaran Islam tidak dapat dilepaskan dari peranan para wali. Ada Sembilan wali yang menyebarkan Islam dengan cara berdakwah, yang kemudian disebut dengan WALI SANGA. Mereka dikenal telah memiliki ilmu serta penghayatan yang tinggi terhadap agama Islam.
- Sunan Gresik. Sunan Gresik Bernama Maulana Malik Ibrahim datang ke tanah Jawa pada tahun 1404 M. kedatangannya dianggap sebagai permulaan masuknya islam di pulau Jawa.
- Sunan Ampel. Lahir pada tahun 1401M dengan nama asli Raden Rahmat. Ia merupakan pendiri dari pesantren Ampel Denta dan juga salah satu pemrakarsa Pembangunan Masjid Demak. Ia merupakan ayah dari Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Serta Guru dari Sunan Giri.
- Sunan Bonang. Bernama asli Maulana Makdum Ibrahim merupaka putra sulung Sunan Ampel. Ia merupakan seniman yang menciptakan gending jawa, bonang dan durma. Ia dimakamkan di Tuban Jawa Timur.
- Sunan Drajat. Bernama asli Syarifuddin atau raden Qosim. Ia dikenal berjiwa social karena sangat peduli terhadap kaum miskin dan duafa. Ia menciptakan gending jawa, pangkur.
- Sunan Giri. Bernama asli Raden Paku atau Joko Samudro. Ia merupakan seorang santri dari Sunan Ampel yang kemudian mendirikan pesantren juga di wilayah Giri Gresik. Ia dikenal sebagai seniman yang menciptakan lagu-lagu dolanan, asmaradana dan pucung. Ia dimakamkan di Gunung Giri Gresik.
- Sunan Kudus. Bernama asli Ja’far Shodiq merupakan putra Raden Usman Haji atau sunan Ngundung dari Jipang Blora jawa Tengah. Selain menguasai ilmu agama, ia juga paham ilmu Fikih (hukum-hukum islam) serta ilmu Tauhid. Ia banyak berguru kepada Sunan Kalijaga. Cara berdakwahnya ialah menerapkan toleransi terhadap budaya setempat dengan memanfaatkan symbol-simbol hindu buddha( akulturasi). Hal itu terlihat dari arsitektur masjid Kudus, yakni bentuk Menara, gerbang, pancuran/padasan wudhu melambangkan delapan jalan buddha. Selain itu adanya larangan penyembelihan sapi untuk dijadikan hewan kurban, hal ini dilakukan untuk menghormati penganut agama Hindu.
- Sunan Kalijaga. Bernama asli Raden Said. Dalam menyebarkan agama islam, ia memanfaatkan media wayang yang sudah sangat dikenal Masyarakat sejak lama. Cerita-cerita Mahabaratha dan Ramayana disadur dengan memasukan napas islam. Pendekatan ini terbukti efektif. Ia juga memperkenalkan tradisi acara maulid nabi atau tradisi sekaten, yakni peringatan hari lahirnya nabi Muhammad SAW yang masih dilaksanakan hingga saat ini.
- Sunan Muria. Memiliki nama asli Raden Umar, ia merupakan putra Sunan Kalijaga. Ia tinggal di gunung Muria Jawa Tengah. Ia menyebarkan agama islam dengan cara berdakwah ke wiayah-wilayah terpencil. Ia banyak bergaul dengan rakyat biasa sambil mengajarkan keterampilan bercocok tanam, berdagang dan melaut. Salah satu hasil dakwahnya lewat seni ialah tembang sinom dan kinanti.
- Sunan Gunung Jati. Dikenal dengan nama Syarif Hidayatullah atau faletehan. Merupakan keturunan dari seorang mubalig Syarif Abdullah dengan istrinya yaitu Nyai Rara Santang, putri Prabu Siliwangi. Beliau menetap di Gunung Jati Wilayah Cirebon
Komentar
Posting Komentar